InteraksiNews.com, Parepare – Sebanyak 650 buruh yang tergabung dalam Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Kota Parepare, sepakat menerima jika akses Pelabuhan Ajatappareng Parepare, ditutup sementara sebagai upaya mengantisipasi penyebaran wabah Covid-19 di Parepare.
Hal itu dikemukakan Ketua TKBM Parepare, Yasser Aslan Tjanring, Rabu (1/4). Dia mengatakan, ketika akses bungkar muat barang dan penumpang di pelabuhan antar pulau tersebut akan ditutup, pihaknya berharap sudah ada solusi dari pemerintah terkait ekonomi para buruh.
“Kita sudah lakukan pertemuan, dan tak ada buruh yang keberatan, sepanjang ada solusi dari pemerintah. Karena 650 anggota TKBM, bergantung hidup sebagai buruh panggul di pelabuhan,” katanya.
Rata-rata buruh, kata Yasser, bisa menghasilkan Rp300-Rp400 ribu perminggu. Itupun, kata dia, tergantung dari jumlah penumpang turun yang menggunakan jasa buruh. “Mesti dicatat, jika seluruh buruh di TKBM, adalah warga Parepare. Ketika mereka harus tinggal di rumah, kita harap pemerintah memikirkan nasib keluarga mereka,” ungkapnya.
Yasser juga berharap ada bantuan sarung tangan dari pihak pemkot maupun pihak yang berkompeten di pelabuhan setempat untuk para buruh. Pasalnya, kata dia, Alat Pengaman Diri (APD) yang digunakan buruh sejauh ini hanya masker kain yang dibagikan TKBM, selain bantuan masker dari Dinkes Parepare.
“Karena kontak dengan penumpang turun, tidak bisa dihindari. Mungkin tangan tidak bersentuhan, tapi buruh tentu harus kontak langsung dengan barang bawaan penumpang,” papar Yasser.
Sulitnya physical distancing atau menjaga jarak fisik, kata Yasser lagi, memposisikan buruh menjadi rentan terhadap penularan virus. Meski begitu, kata dia, edukasi tatap dilakukan terhadap para buruh, yang secara intens diingatkan agar mencuci tangan setiap setelah melakukan aktifitas. “Ada 10 unit tempat cuci tangan yang disiapkan Pelindo dalam area pelabuhan,” jelasnya.
Yasser menambahkan, lalu lintas kapal yang masuk pun, masih dengan angka normal dengan daerah asal Kalimantan yang juga tercatat sebagai daerah yang memiliki pasien positif Covid-19.
Dari Balikpapan misalnya, kata Yasser, tiga kali seminggu, dan dari Samarinda dua hingga tiga kali seminggu. “Yang asal Nunukan itu, otomatis dari Malaysia. Kami perkirakan, hanya satu persen saja yang betul-betul asal Nunukan,” tutupnya.
(Dwi)